Selasa, 15 April 2014

Keikhlasan dalam Berusaha

Ibadah sering dijadikan sebagai tujuan utama seorang pengusaha muslim dalam merintis kegiatan bisnisnya. Cita-cita mereka bila bisnisnya lancar akan memenuhi nafkah keluarga, menunaikan haji, berinfak, menyantuni fakir miskin dan anak-anak yatim, bersilaturahim kepada orang tua maupun kerabat dan bentuk amal sholih lainnya yang berkaitan dengan harta. Namun, tidak jarang para pembisnis berubah niat saat mulai memetik hasil bisnisnya, bahkan kedekatannya kepada Allah mulai berkurang, hadir ke taklimnya mulai jarang, aktifitas ibadah mulai kendor, silaturahmi ke orang tua, kerabat dan sahabat mulai terlupakan, sehingga ibadah yang menjadi tujuan utama dalam bisnisnya mulai pudar. Yang ada hanya memikirkan bagaimana menghadapi persaingan bisnis atau bagaimana agar bisnisnya bisa berkembang dan maju pesat. 

Untuk menghindari kondisi tersebut, maka para pengusaha muslim harus tetap konsisten dan istiqomah dalam menjaga keikhlasan dalam menjalankan roda bisnisnya. Yakni, dengan cara mengkontrol dari sisi syariat. Karena hal itu merupakan akhlak paling mulia, pondasi dasar dalam bisnis, pilar utama setiap amal shalih, bukti akal cemerlang, cermin kewibawaan, adanya cita-cita yang tinggi, dan hadirnya kebahagiaan.

Allah berfirman dalam Al Qur’an Surat Az Zumar Ayat 2 yang artinya: “Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu kitab (Al Qur’an) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya,”

Luruskan Niat dalam berbisnis

Etika Berbisnis dalam Konsep Islam

dikutip dari Konsep Islam tentang Etika Bisnis

Ajaran Islam lengkap mengatur berbagai kehidupan manusia termasuk tentang mencari nafkah, usaha dan mengembangkan kehidupan ekonomi. Islam mengatur tentang kegiatan ekonomi yang dalam term modern disebut bisnis. Etika Islam tentang bisnis sudah ditulis oleh sebagian orang dalam buku-buku yang ada. Tapi, ajaran dan nasihat dibawah ini pasti berbeda dengan yang sudah ada sebelumnya. Etika Islam dalam bisnis itu ada lima: niat, syari’at, kaifiyat, hakikat, akhirat. Ini adalah pedoman dan nasihat penting bagi para pelaku bisnis Muslim di zaman modern yang ingin berbisnis secara Islami. Yang ingin bisnisnya bernilai ibadah, berkah dan diridhai Allah dan membawa kemajuan umat dan lingkungannya, tidak hanya perusahaannya saja. Nikmatilah penjelasannya dibawah ini. 

1. Niat
Dalam Islam, berbisnis harus dilakukan dengan etika yang benar dan lurus untuk beribadah dan mengabdi kepada Allah SWT. Ibadah itu tidak hanya ritual (mahdhah) saja, tetapi juga bisa dalam lapangan ekonomi. Bisnis dalam Islam harus dilandasi niat –selain meningkatkan ekonomi diri, keluarga dan perusahaan– juga dengan niat mengembangkan ekonomi umat, mensejahterakan kaum muslimin dan ujung-ujungnya adalah mencapai ridha Allah SWT. Ridha Allah SWT ini harus menjadi kata kunci dalam bisnis. Bila ridha Allah SWT tidak diperhatikan dan tidak dipentingkan, berbisnis hanya akan memenuhi hawa nafsu dengan memperkaya diri dan perusahaan. Dalam Islam, niat bisnis tidak dibenarkan hanya untuk memperbesar modal semata atau memperkaya perusahaan semata, hanya mencari keuntungan sebanyak-banyaknya, membangun konglomerasi dst. Itu adalah konsep bisnis kapitalisme. Bisnis seperti itu terlepas dari nilai-nilai agama, nilai-nilai ruhani dan lupa kepada Allah SWT dan kepada akhirat sebagai masa depan kita yang akan kita jalani. Apa artinya bisnis dan sukes di dunia kalau celaka, sengsara dan menderita di akhirat? Padahal hari akhirat itu adalah masa depan yang pasti yang akan kita lalui dimana kita akan mempertanggungjawabkan segala perbuatan kita di dunia. ‘Masa depan’ selalu merupakan ‘keyword’ (kata kunci) dalam bisnis. Perusahaan-perusahaan besar atau bisnis-bisnis yang maju selalu memiliki konsep dan strategi bagaimana menjemput masa depan. Adalah aneh, bila tentang ‘masa depan’ yang sangat pendek yaitu kehidupan di dunia ini, sangat diperhatikan dan dikejar-kejar, tetapi masa depan sejati, masa depan yang lebih panjang tidak diperhatikan dan diabaikan. Inilah kelemahan bisnis sekuler, bisnis duniawi. Bisnis dalam Islam adalah bisnis dengan strategi masa depan yang tidak terbatas, jauh menembus kehidupan pasca dunia untuk keselamatan abadi.